jelaskan perkembangan dinasti di mataram kuno
IPS
sherly474
Pertanyaan
jelaskan perkembangan dinasti di mataram kuno
1 Jawaban
-
1. Jawaban natalia191
a. Kondisi Geografis Bhumi Mataram terletak di pedalaman Jawa Tengah. Wilayah Bhumi Mataram terbentang di tiga daerah, yaitu Kedu, Yogyakarta, dan Surakarta. Bhumi Mataram dikelilingi oleh jajaran gunung dan pegunungan seperti Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, Gunung Lawu, Pegunungan Serayu, Pegunungan Kendeng, dan Pegunungan Sewu. Diantara jajaran gunung dan pegunungan tersebut mengalir sungai-sungai besar seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo, dan Sungai Bengawan Solo. Tanah di Bhumi Mataram sangat subur sehingga cocok untuk aktivias pertanian, karena sebagian besar kondisi tanahnya merupakan tanah aluvial dan vulkanik yang berasal dari endapan material sungai dan gunungapi. Keberadaan sungai di Bhumi Mataram menambah berkah bagi masyarakat sekitarnya. mereka memanfaatkan sungai tersebut untuk berbagai keperluan seperti irigasi pertanian, perikanan, keperluan rumah tangga, dan sarana transportasi. Kerajaan Mataram Kuno memanfaatkan aliran Sungai Bengawan Solo untuk sarana transportasi pelayaran sungai. Keberadaan sungai ini telah memperlancar hubungan perdagangan Kerajaan Mataram Kuno dengan dunia luar. Oleh karena itu,sungai harus di jaga dan di lestarikan agar bisa di manfaatkan dalam jangka waktu yang lama.
b. Kehidupan PolitikMenurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732, pada awalnya Kerajaan Mataram di pimpin oleh Sanaha.Setelah Sanaha wafat,kekuasaan di pegang oleh Sanjaya.Sanjaya adalah Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram.Sanjaya merupakan penganut Hindhu Syiwa yang taat.Oleh karena itu,raja-raja Mataram Kuno dari Dinasti Sanjaya menganut agama Hindhu SyiwaPada masa pemerintahan Sanjaya,Mataram menjadi kerajaan besar dan makmur.Setelah Sanjaya meninggal,Kerajaan Mataram Kuno di pimpin oleh puta Sanjaya yang bernama Rakai Panangkaran.Pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran agama Budha di Mataram sudah kuat.Atas permohonan Raja Syailendra, pada tahun 778 Rakai Panangkaran yang beragama Hindu membangun candi Kalasan bercorak Buddha di daerah Kalasan, Yogyakarta. Tindakan Rakai Panangkaran ini menunjukkan sikap menghargai dan mengedepankan toleransi terhadap agama yang berbeda. Sikap ini hendaknya kita teladani dan kita kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan kekuasaan Dinasti Syailendra di Jawa Tengah bagian selatan akhirnya menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu ke bagian tengah Jawa Tengah. Kemungkinan raja dari Dinasti Syailendra yang pertama berkuasa di Mataram adalah Rakai Panunggalan atau Dharanindra.Menurut prasasti Mantyasih, Rakai Panunggalan adalah raja yang berkuasa di Mataram setelah Rakai Panangkaran. Selama berkuasa di Mataram, Rakai Panunggalan membangun banyak candi megah seperti candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan candi Borobudur. Candi Borobudur menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia.Pada tahun 850 Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya membuat kesepakatan dengan Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Mereka setuju untuk menggabungkan kedua kerajaan. Oleh karena itu, Rakai Pikatan melakukan pernikahan politik dengan Pramodawardhani ( putri Raja Samaratungga ). Setelah Samaratungga wafat, Rakai Pikatan berhasil tampil sebagai penguasa tunggal di Mataram. Rakai Pikatan melebur wilayah kekuasaan Dinasti Syailendra kedalam wilayah kekuasaannya. Meskipun demikian, Rakai Pikatan merupakan raja yang bijaksana dan toleran. Ia berusaha agar penduduk penganut Hindu dan Budha di Mataram dapat hidup rukun.Pengganti Rakai Pikatan adalah Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Dewan penasihat yang membantu Rakai Kayuwangi dalam menjalankan roda pemerintahan merupakan dewan yag dipimpin oleh seorang mahapati. Pada masa kekuasaan Rakai Dyah Balitung struktur pemerintahan kerajaan di sempurnakan. Ia membentuk tiga jabatan penting di bawah raja yang disebut mahamantri. Ketiga mahamantri itu adalah Rakryan i Hino sebagai tangan kanan raja, ditambah dua pejabat lainnya, yaitu Rakryan i Halu dan Rakryan i Sirikan. Ketiga jabatan ini merupakan tritunggal dan struktur pemerintahan seperti itu terus dipergunakan oleh kerajaan kerajaan berikutnya pada zaman Singasari dan Majapahit.Pada tahun 907 Rakai Dyah Balitung menulis prasasti Mantyasih yang berisi daftar silsilah raja raja mataram dari Dinasti Sanjaya. Raja raja tersebut antara lain Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan (Dharanindra), Rakai Warak ( Samaragrawira ), Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi (Dyah Lokapala), Rakai Watuhamalang, dan Rakai Dyah Balitung